Kamis, 19 Februari 2009

Penjualan Sukuk Ritel Capai Rp 1,8 T


JAKARTA –- Penjualan sukuk ritel telah mencapai Rp 1,8 triliun. Jumlah tersebut telah mencapai 98 persen dari target indikatif yang disampaikan oleh 13 agen penjual. Pemerintah pun masih membuka peluang bagi agen penjual yang akan melakukan upsizing (peningkatan target penjualan).

Direktur Pembiayaan Syariah Departemen Keuangan, Dahlan Siamat menilai penjualan sukuk ritel yang telah mencapai Rp 1,8 triliun merupakan pencapaian yang cukup spektakuler. “Sampai saat ini sudah ada tujuh agen penjualan yang paling tinggi pencapaian penjualannya,” kata Dahlan kepada Republika, Selasa (10/2).

Lima agen yang mencatat penjualan tertinggi adalah Andalan Artha Advisindo Sekuritas, Bank Mandiri, HSBC, Danareksa Securities, dan Trimegah Securities. Dahlan mengatakan lima agen penjual tersebut telah mengcover 60 persen dari total penjualan kemarin. Namun Dahlan enggan mengungkapkan masing-masing penjualan yang telah dicapai agen penjual.

Untuk underlying asset sebesar Rp 13,5 triliun pemerintah telah menyiapkan aset gedung dan tanah milik Departemen Keuangan. Jumlah underlying aset tersebut terbagi untuk sukuk ritel dan global. Jika underlying asset tak mencukupi, salah satu yang akan dijadikan aset adalah Gelora Bung Karno (GBK). Meski angka penjualan sukuk ritel hampir mencapai target yang ditetapkan, jumlah underlying aset belum akan ditambah. “Dengan waktu penjualan yang masih tersisa underlying asset yang masih ada sepertinya cukup,” ujar Dahlan.

Sementara mengenai penerbitan sukuk global, Dahlan mengatakan waktu penerbitan sukuk belum dapat dipastikan. Menteri Keuangan, lanjut Dahlan, melakukan road show ke sejumlah negara untuk mengetahui minat investor internasional terhadap seluruh paper yang akan dikeluarkan oleh Depkeu, termasuk diantaranya sukuk global.

“Untuk sukuk global kita tetap mengawasi market intelligence pasar,” kata Dahlan. Underlying aset dan dokumen sukuk global pun telah siap, tinggal menunggu waktu tepat saat kondisi ekonomi global mulai membaik.

Nasabah Perorangan

Bank Syariah Mandiri (BSM) sebagai satu-satunya bank syariah yang menjadi agen sukuk ritel pun telah mencatat penjualan sebesar 60 persen dari target yang ditetapkan.

Kepala Bagian Wealth Management BSM, Husnelly mengatakan pihaknya fokus pada nasabah perorangan atau ritel dalam melakukan pemasaran. Meski demikian ia mengatakan setiap harinya selalu terdapat ratusan nasabah yang datang untuk membeli sukuk ritel, “Nasabah mungkin baru pertama kali mendengar sukuk. Selain nasabah BSM, nasabah bank lain juga bisa membeli sukuk sebagai alat investasi,” kata Husnelly.

Kehadiran sukuk ritel pun, tambah Husnelly, dapat membuat masyarakat semakin aware terhadap bank syariah. Imbal hasil yang dibayar setiap bulan membuat nasabah bank lain membuka rekening di BSM, sehingga jumlah nasabah pun bisa bertambah. Saat ini nasabah BSM mencapai 1,3 juta orang. “Adanya sukuk ritel juga akan membuat bank syariah semakin berkembang,” kata Husnelly.

Tercatat dana pihak ketiga (DPK) di 2008 mencapai Rp 15 triliun dan pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp 13,3 triliun. Sukuk ritel yang memiliki imbal hasil sebesar 12 persen menjadi daya tarik bagi nasabah untuk membelinya. Apalagi suku bunga acuan BI (BI rate) telah turun menjadi 8,25 persen.

Masa penawaran sukuk ritel dilakukan hingga 20 Februari, Sukuk ritel memiliki tenor selama tiga tahun yang akan jatuh tempo hingga 25 Februari 2012. Penjatahan sukuk dijadwalkan pada 23 Februari, sementara penerbitan pada 25 Februari.

- gie/ah/www.republika.co.id

0 komentar:

Posting Komentar

Program Affiliate Indowebmaker

Pengikut

 

Investasi dan Bisnis. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com